Urgensi Menjadi Ibu Rumah Tangga di Era Global
oleh
Nafisah Amatullah
X IPA 4 SMAIT Al Kahfi Islamic Boarding School Bogor (2018/2019)
Wanita merupakan makhluk
lemah lembut dan penuh kasih sayang karena perasaannya yang halus.
Secara
umum sifat perempuan yaitu keindahan, kelembutan serta rendah hati dan memelihara.
Wanita adalah perhiasan dunia. Wanita adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah, seperti yang dijelaskan dalam Alquran di berbagai ayat.
Wanita adalah tonggak negara. Merekalah
tiang yang
dapat membuat negara menjadi tegap dan kokoh berdiri. Keberhasilan suatu negara amat dipengaruhi oleh kondisi
wanita dalam negara tersebut. Apabila hebat wanitanya, maka
akan hebat pula negaranya. Sebaliknya, apabila wanita dalam suatu negara
tidak berkualitas, maka tidak berkualitas pula negaranya.
Hal tersebut menjelaskan betapa besar pengaruh wanita bagi negara. Wanita dapat dianggap sebagai titik terpenting dari kualitas penerus generasi. Sebab dari dirinyalah seorang anak kemudian dilahirkan dan dididik sedemikian
rupa hingga mampu menjadi manusia yang membanggakan. Seorang ibu mengambil andil
terbesar
dalam membentuk
sikap dan karakteristik anak. Seorang wanita adalah sekolah pertama anak-anaknya, dan dari orangtuanyalah mereka belajar menjadi
manusia yang sesunguhnya. Maka dari itu, kualitas mereka menjadi hal yang wajib
diberi perhatian khusus, terutama bagi pemimpin
yang mendambakan
negaranya
maju dan berjaya. Dalam masyarakat, wanita memiliki
peran yang
amat penting sebagai pembangun peradaban. Dari merekalah awal
mula calon-calon pembangkit
peradaban
dibesarkan
hingga menjadi luar biasa kelak. Selain itu, wanita juga menjadi sosok yang turut berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Sikapnya yang penuh perhatian dan lemah lembut menjadi figur yang amat penting di balik kesuksesan tokoh-tokoh
pembangun kemajuan era dunia.
Akan tetapi seiring
perkembangan zaman, tanggung
jawab wanita sebagai penata kualitas penerus generasi tersebut seringkali terabaikan. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor, salah satunya adalah karena minimnya waktu produktif seorang ibu dalam mendidik anak akibat kesibukannya dalam dunia pekerjaan. Mereka mengganggap dunia karir adalah kebutuhan sekaligus ambisi mereka dalam
meraih kebahagiaan
hidup, yang tak jarang justru menyebabkan abai dan lalai
dalam membesarkan anaknya. Jika demikian, maka sang ibu
bisa
jadi lebih terfokus pada keberhasilan
karir dibandingkan
dengan keberhasilannya
dalam mendidik
seorang anak.
Menurut sebagian pandangan, utamanya kaum feminis yang menginginkan
kesetaraan gender, memandang wanita boleh saja bekerja di
luar rumah dan bebas
meniti karir. Padahal dalam pandangan Islam dan pandangan sosial, laki-laki wajib mencari nafkah untuk keluarga. Pertimbangan kekuatan fisik, perbedaan hormon, kondisi psikis,
serta perbedaan susunan otak menyebabkan wanita tidak perlu memeras keringat untuk mencari uang, sebaliknya wanita harus memeras otak untuk membesarkan dan membina generasi.
Menjadi wanita karir memiliki beragam pengaruh positif dalam kehidupan.
Dampak positif dari wanita karir antara lain, dunia pekerjaan dapat mengisi waktu luang sehingga
mengatasi rasa bosan di
rumah. Selain itu, dengan berkarir seorang
wanita akan mendapatkan imbalan yang
kemudian bisa dimanfaatkan
untuk menambah dan mencukupi
kebutuhan sehari-hari
juga sebagai cadangan keuangan apabila kedepannya
terjadi hal yang tidak diinginkan. Apabila
seorang
wanita bekerja, maka wanita tersebut
akan merasa dibutuhkan dalam masyarakat sehingga
timbullah kepercayaan diri yang kelak juga akan menjadikannya pribadi yang lebih mandiri, bekerja keras, pantang menyerah dan disiplin,
serta yang terpenting, jenjang
pendidikan yang tiada batas bagi wanita telah menjadikan
mereka sebagai
sumber daya potensial
yang diharapkan
dapat mampu berpartisipasi dan berperan
aktif dalam pembangunan, serta dapat berguna bagi
masyarakat,
agama, nusa dan bangsanya (Talita, 2010).
Namun, selain dampak positif juga terdapat dampak
negatif yang beragam
pula. Menjadi seorang wanita karir, secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkat kesabaran yang
dimilikinya,
baik
dalam menghadapi pekerjaan rumah
tangga sehari-hari,
maupun dalam menghadapi anak-anaknya. Jika hal itu terjadi
maka ibu akan mudah marah dan berkurang rasa pedulinya
terhadap anak bahkan pada suami.
Padahal
pengaruh seorang ibu terhadap perkembangan
anak cukup besar.
Seorang anak tentu saja membutuhkan pendidikan, perhatian,
dan kasih sayang
yang cukup agar mampu mencetak prestasi dan memiliki kepribadian yang baik. Jika tidak, ia akan bingung menentukan arah dan mudah terombang-ambing
oleh
arus zaman. Maka dari itu, kurangnya
perhatian dan kasih sayang dari orang tua terutama dari seorang ibu, jelas memberikan dampak yang luar biasa. Seorang anak yang memiliki orang tua yang sibuk bekerja akan lebih tertutup kepada kedua orang tuanya. Anak-anak dan remaja yang lepas dari pengawasan orang tuanya cenderung lebih mudah mengikuti
tren, kebiasaan dan budaya buruk yang sepatutnya mereka hindari. Padahal usia remaja tidak terlepas dari pencarian identitas diri karena
ketika seseorang telah menginjak usia
remaja maka secara alami seseorang tersebut akan mulai mencari potensi dirinya, mencari tahu di
bagian masyarakat mana yang dapat
menerima dirinya, serta menyesuaikan diri dengan masyarakat
(Hurlock,
2011).
Oleh karena itu, pendampingan ibu dalam fase perkembangan anak sangat diperlukan.
Pada masa teknologi seperti sekarang ini, sudah banyak sekali contoh-
contoh kelakua remaja dan anak-anak yang memprihatinkan. Misalnya pergaulan bebas,
penggunaan narkoba, tawuran, penyimpangan sosial, bahkan penyimpangan
seksual. Hal-hal tersebut mungkin tidak akan terjadi apabila seorang anak menjalin komunikasi yang cukup dengan kedua orang tuanya serta mendapatkan cukup pengawasan dan kasih sayang.
Menurut Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kendari,
Agung Basuki, anak yang
kurang atau tidak mendapat perhatian secara fisik, mental
maupun sosial sering berperilaku
dan bertindak antisosial
yang merugikan dirinya, keluarga, dan masyarakat, sehingga tidak sedikit anak-anak yang menjadi pelaku
tindak
pidana. Menurutnya, harus ada langkah yang dilakukan untuk mencegah anak di bawah umur melakukan pelanggaran
hukum dan itu diperlukan peran orangtua dan lingkungan
untuk selalu mengawasi anak-anak demi keselamatan dan masa depan mereka (Ramadhan,
2014).
Selain berdampak pada anak, seorang wanita yang merintis karirnya
juga dapat berampak pada keharmonisan
suami istri. Tidak jarang kasus perselingkuhan mewarnai kehidupan wanita karir, terutama dalam bidang
pekerjaan
yang tidak
mengindahkan
nilai-nilai agama. Selain itu perhatian pada suami juga berkurang disebabkan waktu dan pikiran telah tersita pada karir.
Menurut hukum Islam, hak wanita karir atau wanita yang bekerja di luar
rumah harus diperhatikan karena Islam memandang peran dan tugas wanita dalam masyarakat adalah sebagai ibu
dan istri (Anonim, 2016). Islam juga menganjurkan wanita untuk tetap tinggal dalam rumah sebagaimana yang disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah: 233 dan Q.S. Al-Ahzab: 33 hal ini dikarenakan
tugas utama wanita ialah membina generasi.
Akan tetapi, Islam tetap memperbolehkan wanita bekerja di
luar rumahnya,
dengan syarat menutup auratnya dengan hijab, menghindari campur baur dengan
pria, mendapat izin dari orangtua, wali atau suami bagi wanita yang telah menikah,
tetap menjalankan kewajibannya di rumah dan
pekerjaannya tidak menjadi
pemimpin bagi kaum lelaki (Fatimah, 2013).
Wanita memiliki pekerjaan sebenarnya
tidak menjadi masalah, selama
ia
masih dapat mengimbanginya dengan tanggung jawab mendidik dan memberi kasih
sayang pada anak-anak. Dengan
demikian, anak-anak dapat
tumbuh menjadi
penerus generasi yang luar biasa di
samping karirnya yang terus berlanjut.
Berdasarkan pemaparan dampak negatif wanita berkarir
di luar rumah,
maka hal tersebut
perlu dibatasi.
Contoh pekerjaan wanita yang bisa dibolehkan misalnya sebagai
tenaga kesehatan (dokter,
perawat, pekerja
laboratorium,
bidan,
dsb), tenaga pendidik, pekerja militer (untuk
menangani tahanan wanita), pengrajin, berniaga,
dan penata rias (Fatimah, 2013).
Mendapat
pekerjaan atau mencari
penghasilan tidak harus berasal dari luar rumah. Wanita juga tetap dapat berpenghasilan
dengan berada di
dalam rumahnya.
Ada begitu banyak contoh wanita yang sukses berkarir di rumah, salah satunya adalah Feni Nurdiani yang telah sukses menjalankan
usaha siomay di rumahnya hingga mendapat penghasilan 60 juta rupiah per bulan. Contoh lainnya yaitu Niknik Nuraeni, yang
mampu berpenghasilan
puluhan juta dengan memproduksi
dan menjual berbagai macam aksesoris lucu dari benang rajut (umkmjogja.com, 2019). Dalam Islam, kita
memiliki contoh seperti Khadijah binti
Khuwailid yang
mengurus bisnis. Beliau tidak terjun langsung ke lapangan
tetapi mempercayakan
pada pegawai, bahkan setelah menikah, beliau
menyerahkan bisnisnya pada Rasulullah. Hal ini berarti, Khadijah mementingkan urusan membina generasi
dibanding membesarkan bisnis.
Daftar Pustaka
dan Referensi
Anonim (2016). Wanita Karir dalam Pandangan Islam. Diakses pada 12 Januari
Fatimah, Nur Fitri. (2013). Perempuan Bekerja Boleh Saja,
Asal…. Diakses pada 12
Januari 2019
dari https://muslimah.or.id/4498-perempuan-bekerja-boleh- saja-asal.html
Hurlock,
B. Elizabeth.
(2011).
Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ramadhan. (2014). Kurang Perhatian Orangtua
Anak-anak di Kendari Jadi Penjahat. Diakses pada 13 Januari 2019 dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kurang-perhatian-orangtua-anak-anak-di-
kendari-jadi-penjahat.html.
Talita.
(2010). Dampak
positif dan
Negatif Wanita Karir. https://www.kompasiana.com/berthathalita/55001d3d8133119f19fa720c/dampak- positif-dan-negatif-wanita-karir.
UMKM Jogja. (2019).
Cerita Sukses
Ibu Rumah Tangga
dengan
Usahanya. Dikases 13 Januari 2019 dari
https://umkmjogja.com/cerita-sukses-ibu-rumah-tangga-dengan-usahanya.html
No comments:
Post a Comment